Gambar-gambar akan Peladjaran dan Kasoeka�n Anak-anak dan Iboe-bapanja (5)

PENGANTAR

(klik untuk memperbesar)
Buku Gambar-gambar akan Peladjaran dan Kasoeka�n Anak-anak dan Iboe-bapanja pertama kali diterbitkan di tahun 1870, jadi lebih dari 100 tahun lalu. Buku ini terdiri dari 2x24 halaman yang berisi gambar-gambar berwarna dengan teks berbahasa Melayu Jakarta, disertai dengan terjemahan dalam bahasa Belanda. Tampaknya buku ini digemari masyarakat, sehingga harus menjalani beberapa kali cetak ulang, dan sisa-sisa peninggalannya sampai sekarang masih tersedia di perpustakan, museum, atau toko buku antik.

Jika kita mengamati buku ini sekarang, ada lumayan banyak hal yang bisa menjadi catatan kita tentang suasana di tanah air menjelang akhir abad ke-19 . Mulai dari penggunaan bahasa sebelum adanya nama Bahasa Indonesia, tradisi masyarakat saat itu, cara berpakaian, hal-hal yang dianggap penting saat itu, posisi orang Belanda, suasana warga Tionghoa, hingga ke peranan warga Arab, dsb.

(klik untuk memperbesar | � Tropenmuseum)
Halaman 17 berkaitan dengan kerbau dan pemanfaatannya.
Kandang karbo � kandang kerbau
Meloekoe � meluku (=membajak)
Pedati � pedati
S�r�t tebangan � menyeret tebangan (pohon)

(klik untuk memperbesar | � Tropenmuseum)
Halaman 18 menampilkan kegiatan anak-anak dan orang dewasa atau profesinya, serta pedagang dari etnik Arab dan Tionghoa. Gambar orang menggotong penyu lumayan mirip dengan sebuah foto tua yang pernah dimuat di blog ini.
Angon karbo � menggembala kerbau
Main goendoe � bermain kelereng
Mengantar � mengantar/membawa (upeti)
Pikoel koera-koera � memikul kura-kura
Tjat toedoeng � mencat caping
Tjina toekang babi � Tionghoa pedagang (daging) babi
Toekang laksa � tukang laksa
Toekang minatoe � tukang penatu
Toewan Said � pedagang Arab

(klik untuk memperbesar | � Tropenmuseum)
Halaman 19: Di akhir abad ke-19 wilayah Nusantara belum mengenal radio, telepon, apalagi televisi dan sarana komunikasi yang lebih modern lagi. Telegrafi sudah dikenal, tetapi kemungkinan pemakaiannya masih terbatas, misalnya hanya untuk jalur kereta api yang saat itupun baru dirintis pembangunannya. Walhasil, media komunikasi yang utama adalah pos.
Sementara itu, transportasi bermotor belum muncul; jadi belum ada mobil apalagi pesawat terbang. Maka, metode pengantaran pos masih menggunakan cara yang sudah dipakai beratus-ratus tahun, yaitu menggunakan kereta kuda, atau hanya kuda untuk pos yang sifatnya segera atau kilat.
Boekoe soerat � buku (register) surat
Kahar pos � kereta pos (2 kuda)
Kahar pos � kereta pos (4 kuda)
Kartoe pos � kartu pos
Naik goenoeng � naik gunung
Pos toenggang koeda � pos tunggang kuda (kilat)
Soerat � surat
Toekang pos � tukang pos
Toeroen goenoeng � turun gunung

(klik untuk memperbesar | � Tropenmuseum)
Halaman 20: Seperti disebut di atas, transportasi jarak jauh masih mengandalkan kuda. Halaman ini memperlihatkan hal dan peran yang terkait dengan sarana perhubungan ini; yang tampaknya terkait dengan kalangan berada saja. Perlu pula dicatat dari dua halaman terakhir ini bahwa tampaknya kusir dan loper (pengawal, asisten) tampaknya memiliki topi seragam tersendiri yang dibedakan dengan warna.
�mb�r � ember (untuk minum kuda dan rumput)
Ganti koeda � mengganti kuda
Koentji kar�ta � kunci kereta
Koesir � kusir
Lopor minta pres�n � loper meminta persen (tip)
Tjilaka � kecelakaan



Waktu: akhir abad ke-19
Tempat: Jakarta
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Tropenmuseum
Catatan:

Post a Comment

أحدث أقدم