Gambar-gambar akan Peladjaran dan Kasoeka�n Anak-anak dan Iboe-bapanja (1)

PENGANTAR

(klik untuk memperbesar)
Buku Gambar-gambar akan Peladjaran dan Kasoeka�n Anak-anak dan Iboe-bapanja pertama kali diterbitkan di tahun 1870, jadi lebih dari 100 tahun lalu. Buku ini terdiri dari 2x24 halaman yang berisi gambar-gambar berwarna dengan teks berbahasa Melayu Jakarta, disertai dengan terjemahan dalam bahasa Belanda. Tampaknya buku ini digemari masyarakat, sehingga harus menjalani beberapa kali cetak ulang, dan sisa-sisa peninggalannya sampai sekarang masih tersedia di perpustakan, museum, atau toko buku antik.

Jika kita mengamati buku ini sekarang, ada lumayan banyak hal yang bisa menjadi catatan kita tentang suasana di tanah air menjelang akhir abad ke-19 . Mulai dari penggunaan bahasa sebelum adanya nama Bahasa Indonesia, tradisi masyarakat saat itu, cara berpakaian, hal-hal yang dianggap penting saat itu, posisi orang Belanda, suasana warga Tionghoa, hingga ke peranan warga Arab, dsb.

(klik untuk memperbesar | � zwiggelaarauctions)
Halaman 1: Buku ini dimulai dengan menampilkan rumah Belanda dan para warga lokal yang bekerja atau menjadi pembantu di rumah tuan Belanda ini. Di sini kita akan melihat jenis-jenis profesi yang menjadi kebutuhan sebuah rumah pembesar. Perlu pula dicatat, bahwa para pekerja ini bisa hidup bersama keluarganya di rumah ini, sehingga anak-anak mereka pun terekam di buku ini.
Ajam-ajam � ayam
Anak boedjang � anak pembantu
Baboe anak � pengasu
Boedjang stal � petugas kandang kuda
Koesir � kusir
Kokki � juru masak
Paroet kalapa � memarut kelapa
Roemah blanda � rumah Belanda
Toekang kebon � tukang kebun
Toekang lampo � tukang lampu
Toekang mendjait � penjahit
Toekang sep�n � tukang pembawa makanan

(klik untuk memperbesar | � zwiggelaarauctions)
Halaman 2: Pencurian tampaknya menjadi hal yang cukup sering terjadi, sehingga buku ini menampilkan satu halaman tersendiri dengan tema ini. Kita melihat para petugas keamanan, dengan orang Belanda sebagai komandan tentunya, peralatan mereka, dan bagaimana cara menangkap pencuri serta menahannya.
Menarik untuk dicatat adanya berbagai macam alat bernama "canggah" serta cara penggunaannya. Serta juga bahwa borgol saat itu bernama "rante" yang merupakan kalung logam yang dipasang di leher pencuri.
Gardoe � gardu
Kris � keris
Oppas � pembantu polisi
Orang rant� � pencuri yang tertangkap
Pendok � sarung keris
Rant� � borgol leher
Tangkap maling � menangkap maling
Tjanggah � canggah
Toewan skout � komandan polisi

(klik untuk memperbesar | � Tropenmuseum)
Halaman 3: Satu hal yang tampaknya mengesankan orang Belanda saat itu adalah berbagai jenis penggunaan bambu. Buku ini menampilkan beberapa contoh bagaimana orang Indonesia banyak memanfaatkan bambu untuk berbagai macam keperluan.
Almari dapoer � lemari dapur
Bale-bale � dipan (untuk tidur)
Bal�-bal� � dipan (untuk duduk-duduk)
G�t�k bamboe � rakit
Goeboek � saung
Kandang ajam � kandang ayam
Kar�ta anakan � kereta balita
Koeroengan � kandang burung
Pohon bamboe � pohon bambu
Soeling � suling
Soendoeng roempoet � pikulan rumput
Tangga � tangga

(klik untuk memperbesar | � Tropenmuseum)
Halaman 4 bernuansa warna hijau karena berisi berbagai macam pohon.
Boewah kalapa � buah kelapa
Boewah pinang � buah pinang
Gajoeng � gayung
Pohon ar�n � pohon aren
Pohon kalapa � pohon kelapa
Pohon kapok sama kawat � pohon kapuk dengan kawat telegraf
Pohon lontar � pohon lontar
Pohon pinang � pohon pinang
Pohon pisang � pohon pisang
Pohon pisang kipas � pohon pisang kipas
Pohon waringin � pohon beringin
Tandan pisang � tandan pisang

Waktu: akhir abad ke-19
Tempat: Jakarta
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Tropenmuseum / Zwiggelaar Auctions
Catatan:

Post a Comment

Previous Post Next Post